Sunday, November 3, 2013

HUKUM IBADAH YANG TERTINGGI




Dalam skala Piramid, pandangan agama-agama samawi akan ibadah tertinggi yang dipastikan akan berbalas sorga dinilai dari kemampuan seseorang dalam melakukan hukum tertinggi dalam agama yang dianutnya tersebut. Bila kita menggunakan skala Piramid memang akan semakin sedikit saja orang yang mendapat upah sorga kelak, karena semakin tinggi nilai ibadahnya semakin runcing posisinya. Namun, dalam perspektif perbadingan yang adil sesuai filosofi “apple to apple” maka ukuran yang sama harus diberlakukan kepada pihak yang diperbandingkan tersebut.

Dalam perspektif Islam, ibadah tertinggi adalah melaksanakan hukum tertinggi yakni berjuang di jalan Alloh berupa jihad dengan memerangi/membunuh para kafir. "...aku jatuhkan terror ke dalam hati orang-orang kafir, maka penggallah kepala-kepala mereka dan pancunglah...mereka"(QS 8;12). Dan, “Bunuhlah mereka(kafirun) dimana saja kamu menemukan mereka...!”(QS 2:19)

Upahnya sudah jelas yakni berupa sorga, bahkan akan mendapatkan bonus sekitar 70 bidadari yang masih perawan untuk disetubuhi sesuka para jihadist di sorga kelak. Tidak hanya itu saja, para jihadist juga akan mendapatkan bonus minuman keras(yang di bumipun dilarang dikonsumsi) yang memabukkan berupa anggur, namun, bagaimana bila jihadistnya ternyata seorang wanita?? Tidak ada satupun ayat yang dapat menjamin mereka untuk mendapatkan upahnya di sorga, apalagi mendapatkan bonus 70 lelaki tampan di sorga kelak!! silahkan cari sendiri ayat mengenai hal ini dalam Quran anda.....namun ada satu pertanyaan logis, bolehkah disorga kelak kita(lelaki jihadist) melakukan persetubuhan dengan banyak perempuan atau (wanita jihadist) bersetubuh dengan puluhan pria tampan disertai minum-minuman keras..?? Bukankah sorga itu suci adanya...??? mengapa disana ada birahi dan minuman keras..??
Lantas bagaimana cara menjalankan ibadah tertinggi minturut perspektif Kristiani? 

Berbeda dengan cara muslim dalam menjalankan ibadah tertingginya yang penuh berlumuran darah sesama manusia, cara umat Kristiani dalam menjalankan ibadah tertingginya justru begitu bertolak belakang alias menafikkan adanya pembunuhan terhadap sesama manusia!! Perintahnya sudah begitu jelas seperti yang langsung disabdakan sendiri oleh Almasih Isa Kalimatullah, “...Kasihilah Tuhan Allahmu dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu, dan dengan segenap akal budimu. Itulah hukum yang terutama dan yang pertama. Dan hukum yang kedua yang sama dengan itu ialah : Kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri. Pada kedua hukum inilah tergantung seluruh hukum Taurat dan kitab para nabi”.

Itulah hukum dalam ibadah tertinggi dalam perspektif Kristiani yang menuntut kasih tulus tanpa syarat(kasih agave) kepada Allah juga kepada sesama manusia tanpa kecuali!!!. Ternyata mengasihi Allah dan sesama manusia tanpa pandang bulu akan memiliki dampak dan upah yang sama...

Lantas bila demikian, ke-mana-kah kitab (nabi) Muhamad  dengan hukum ibadah tertingginya yang penuh berlumuran darah itu bergantung?? entahlah.....

Friday, November 1, 2013

SEJARAH KELIRU YANG DICATAT ALQURAN (5)





[Artikel ini berjudul asli, “Benarkah Nabi Ibrahim Pernah ke Mekah?” yang saya kutip dari sebuah website lain. Untuk kesekian kalinya saya me-release artikel yang mengungkap kekeliruan serius dalam menuliskan sejarah milik bangsa Yahudi yang ditemukan dalam al-Quran. Sekali lagi bahwa, artikel ini di-relese bukan untuk bahan olok-olok, namun lebih sebagai sebuah peringatan bagi para muslim sebagai umat yang menjadikan al-Quran sebagai way of life yang ternyata salah besar dalam mengutip berbagai sejarah milik bangsa Yahudi yang telah ditulis semenjak abad ke empat Sebelum Masehi, agar muslim kini segera menyadarinya.... Itulah sebabnya umat Yahudi dan Kristiani sebagai pelestari sejarah tersebut tidak mau menanggapi berbagai klaim muslim yang ditulis dalam al-Quran, karena umat Yahudi dan Kristiani yang memiliki sejarah otentik, lebih dari itu, nenek moyang mereka adalah para pelaku sejarah otentik tersebut. Walaupun diancam dibunuh muslim karena tidak mempercayai klaimnya, namun Yahudi dan Kristiani tetap pada pendirianya, karena ternyata, sebagai salah satu contoh konkret ; masjidil al-aqsa di Yerusalem baru dibangun oleh dinasti kalifah penerus Muhamad hampir seratus tahun setelah Muhamad wafat setelah berhasil menaklukkan Yerusalem. Padahal, Muhamad sudah terlanjur mengklaimnya telah bolak-balik naik sorga via masjid tersebut. Parahnya lagi, dia juga mengklaim bahwa perintah sholat dia dapatkan dalam perjalanan “aneh” tersebut yang kini disebut Isra’-mi’raj. Mungkin Muhamad lupa bahwa Yerusalem pada masa hidup Muhamad sedang berada dibawah kekuasaan Kekaisaran Romawi, sehingga dia tidak mungkin bisa membangun masjid disana... yang ada disana hanyalah puing-puing dan pondasi bekas kuil King Solomon yang dihancurkan oleh tentara Romawi. Muslim baru bisa membangun masjid al-aqsa ketika kalifah penerus Muhamad berhasil menaklukkan Yerusalem..
Implikasi dari klaim Muhamad sungguh sangat besar, karena berdampak pada ditertawakannya dia oleh umat Yahudi pada masa itu, sehingga mulai saat itulah dia memindahkan kiblatnya ke Mekkah, tatkala dia berhasil menguasai sepenuhnya salah satu kuil ka’abah milik Hindu.
Karena tetap tidak mendapatkan pengakuan dari Bangsa Yahudi atas klaim perjalannan isra’-mi’raj nya tersebut, maka dia menulis ancaman serius dalam al-Quran untuk membasmi Yahudi, agar kelak dikemudian hari rahasianya tidak terbongkar, namun ternyata dia tidak berhasl membasminya!! Bahkan, pihak Yahudi tidak bergeming karena memang di Yerusalem saat itu tidak ada bangunan apapun yang dibuat pihak bangsa Arab apalagi sebuah masjid, karena saat itu Bangsa Yahudi dengan Yerusalem-nya masih berada dibawah penjajahan Kekaisaran Romawi... implikasi serius selanjutnya adalah keabsahan akan klaim perintah sholat yang dia dapatkan dalam perjalanannya tersebut bahkan sekalipun dilaksanakan dengan berteriak-teriak sekencangnya sebanyak 5 kali sehari hingga kini....]

Pandangan bahwa Sayidina Ibrahim pernah ke Mekah didasarkan dari ayat berikut : 

Surat Ali 'Imran (3): 96
"Sesungguhnya rumah yang mula-mula dibangun (untuk tempat beribadat) manusia, ialah Baitullah yang di Bakkah (Makkah)yang diberkahi dan menjadi petunjuk bagi semua manusia."

Kisah ini diperkuat dalam : 
Sahih Bukhari Volume 4, buku 55, nomer 583 : 

Dikisahkan oleh Ibn Abbas: "

Sayidina Ibrahim membawa Siti Hajar dan anaknya Ismael yang masih menyusu ketempat dekat Ka’ba dibawah pohon dilokasi Zam Zam, diposisi tertinggi dari rumah Allah. Pada saat itu tidak ada orang di Mekah, begitu pula tidak ada air.
Sayidina Ibrahim kembali tidak menjumpai Ismael dalam jangka waktu yang telah ditentukan Allah dan kemudian berusaha untuk menemui Ismael kembali. Kali ini Sayidina Ibrahim melihat Ismael dibawah pohon di Zam Zam, sedang menajamkan anak panahnya. Ketika Ismael melihat Sayidina Ibrahim , dia berdiri dan menyambutnya. Sayidina Ibrahim berkata, 'Oh Ismael, Allah telah memberi perintah kepadaku." Ismael berkata, "Kerjakanlah apa yang telah diperintahkan Allah kepadamu." Sayidina Ibrahim bertanya, "Apakah engkau mau membantuku?’. Ismael berkata, "Aku akan membantumu". Sayidina Ibrahim berkata, "Allah telah memerintahkan untuk membangun sebuah rumah disini (red : Ka’ba)." Kemudian mereka mulai membangun rumah tersebut. ……."
Apakah klaim bahwa Sayidina Ibrahim pernah ke Mekah bahkan membangun Ka'abah ini valid atau sah?

Kita coba lihat dari sumber-sumber Islam. 

Pertama : 
Perhatikan kutipan dari buku: 
Sirah Ibnu Ishaq Kitab Sejarah Nabi Tertua, Muhammadiah University Press, Juni 2002, Jilid 1, halaman 15 - 16. 

Kutipan ini mengisahkan raja Abu Karib Tiban As’ad yang berasal dari Yaman yang saat itu melakukan perjalanan ke Yatsrib. 

Halaman 15 : 
"Tubba menulis baris-baris berikut tentang perjalanannya, apa yang dia lakukan terhadap Madinah dan Ka’bah, ……."

Dalam salah satu baris syairnya yang terdapat di halaman 16 : 

"Aku tidak tahu tentang adanya kuil yang murni 
Yang dipersembahkan untk tuhan di lembah Mekah...
"


Raja ini adalah ayah dari Dzu Nawas yang menyerang kaum Kristen Najran pada tahun 523 M (Sejarah Hidup Muhammad Sirah Nabawiyah, Robbani Press, Mei 2002, Syaikh Shafiyyur Rahman Al-Mubarakfury, halaman 36). 

Jika kita asumsikan bahwa raja Abu Karib Tiban As’ad melakukan perjalanan ke Madinah dan Mekah 70 tahun sebelumnya, berarti perjalanan terjadi pada sekitar tahun 450 M. 

Dan pada tahun 450 M, Ka'abah di Mekah tidak diketahui oleh seorang raja dari Yaman!

Sungguh aneh, padahal menurut Al-qur'an Kabah dibangun oleh Sayidina Ibrahim dan Ismail yang hidup sekitar 1900 SM - 2000 SM, kenapa tidak dikenal pada tahun 450 M?? 

Kedua : 
Tentang waktu pembangunan Kabah.

Dikutip dari tafsir Ibn Kathir terhadap QS 3 : 96 yang dapad diakses di 
http://www.tafsir.com/default.asp?sid=3&tid=8799
Imam Ahmad recorded that Abu Dharr said; "I said, `O Allah's Messenger! Which Masjid was the first to be built on the surface of the earth' He said, `Al-Masjid Al-Haram (in Makkah).' I said, `Which was built next' He replied `Al-Masjid Al-Aqsa (in Jerusalem).' I said, `What was the period of time between building the two' He said, `Forty years.'
Terjemahan bebas :
Imam Ahmad mencatat bahwa Abu Dharr berkata; "Aku berkata, "O Rasulullah, masjid mana yang pertama dibuat didunia ini?. Dia berkata, "Al-Masjid Al Haram (di Mekah)". Aku berkata, "Mana yang dibangun setelah itu?". Dia menjawab, "Al-Masjidil Al-Aqsa (di Yerusalem)". Aku berkata, "Berapa jangka waktu antara pembangunan kedua bangunan itu?" Dia berkata, "Empat puluh tahun"
Menurut perhitungan :

Sayidina Ibrahim dan Ismail hidup sekitar tahun 1900 SM – 2000 SM.
Raja Salomo (Sulaiman) yang membangun bait Allah di Yerusalem hidup sekitar 1000 SM - 950 SM. 
Jadi ada beda waktu 1000 tahun antara Ismail (yang membangun Masjidil Haram) dengan raja Salomo (yang membangun Bait Allah di Yerusalem). 

Jadi bagaimana bisa dikatakan beda waktu keduanya hanya 40 tahun? 
Lagi-lagi, tampaknya nabi Muhammad telah mengalami disorientasi waktu saat merangkai cerita Sayidina Ibrahim dan raja Salomo!

Ketiga : 
Makanya tidaklah mengherankan jika ada pakar Islam sendiri yang meragukan kisah pembangunan Kabah oleh Sayidina Ibrahim . Lebih lanjut kutipan dari tokoh Islam modern tentang hubungan Ismail dan Arab sebagai berikut : 

Dr. Taha Husayn, seorang profesor dari Mesir, pendapatnya dikutip dalam buku "Mizan al Islam karya Anwar Jundi", halaman 170 :
"Dalam kasus cerita Sayidina Ibrahim dan Ismail membangun Kabah cukup jelas, cerita ini muncul belakangan disaat Islam mulai berkembang. Islam mengeksploitasi kisah ini untuk kepentingan agama/politik."
Siapa DR.Taha Husayn?
Dikutip dari : 
Encyclopaedia Britannica edisi 2003 
Sub Topik : Taha Hussein 

Terjemahan bebas : 
Lahir Nov. 14, 1889, Maghaghah, Mesir 
Meninggal Oct. 28, 1973, Kairo 

Figur yang menonjol dalam khasanah Mesir modern …..Ditahun 1902 dia belajar di Al-Azhar, Kairo …… Ditahun 1908 dia masuk Universitas Kairo dan di tahun 1914 menjadi orang pertama yang meraih gelar doktor …… Taha menjadi professor Kebudayaan Arab di Universitas Kairo, karirnya dipenuhi dengan gejolak karena pandangan-pandangan kritisnya yang sering membuat marah kaum Islam ortodoks. ….Tahun 1926 dia menerbitkan buku On Pre-Islamic Poetry, dalam buku ini dia menyimpulkan beberapa syair-syair yang dinyatakan pra Islam sebetulnya adalah pemalsuan oleh muslim kemudian karena beberapa alasan, salah satunya adalah untuk memberikan otoritas kepada Al-Qur’an. Karena buku ini, dia dinyatakan kafir. ….. Taha kemudian menjabat sebagai Menteri Pendidikan ditahun 1950 – 1952 …..
 


Informasi tambahan:

Perjalanan Sayidina Ibrahim Dari Kota Ur-Kasdim ke Tanah Perjanjian Berdasarkan Alkitab

Menurut buku 'Atlas of the Bible: with A-Z Guide to Places' karangan Eerdmans, perjalanan Sayidina Ibrahim dari kota Ur-Kasdim ke tanah perjanjian (yang berakhir di Hebron) ternyata TIDAK menunjukkan bahwa rute perjalanan Sayidina Ibrahim tersebut melewati Arab Saudi atau kota Mekkah. Perjalanan Sayidina Ibrahim di mulai dari kota Ur, di tanah Khaldea, kemudian menuju ke barat-laut, yakni Haran di sebelah tenggara Turki atau masih di sebelah timur sungai Eufrat dan kemudian dari sana berbelok menuju ke arah barat daya menuju Hebron (tanah kanaan). 

Dari rute perjalanan tersebut, nampaknya Sayidina Ibrahim tidak melewati daerah Arab Saudi, khususnya kota Mekkah. Anehnya, umat Islam mengklaim bahwa Sayidina Ibrahim (Ibrahim) pernah berada di Mekah. Apakah memang ada bukti (dari Kitab Suci) bahwa Ibrahim memang pernah tinggal (lewat) di Mekkah? 

Perlu diketahui, kota Haran berbeda dengan padang Paran. Padang Paran (Desert of Paran) juga bukan terletak di daerah Arab Saudi, melainkan di daerah Sinai (wilayah Mesir). 

Memang secara logika, kalau Sayidina Ibrahim diminta oleh Allah untuk meninggalkan kota kediamannya (Ur) menuju ke tanah Kanaan, maka posisi tanah Kanaan memang berada di arah barat dari Ur. Sementara, kota Mekah terletak di sebelah barat daya dari kota Ur. Karena Sayidina Ibrahim melakukan perjalanan (nomad), maka sangat mungkin dia akan memilih jalan dekat sungai Eufrat dan akhirnya berhenti sementara di kota Haran. Di kota Haran ini, ayah Sayidina Ibrahim , Terah, meninggal dunia. 

Sementara Padang Paran, tempat di mana Ismael dan ibunya tinggal berada di daerah Sinai. Padang Paran ini juga pernah dilewati oleh bangsa Israel ketika melakukan perjalanan keluar dari Mesir, kembali ke tanah kanaan. 

Secara Alkitabiah(yang sudah dicatat sejak abad 4 Sebelum Masehi), tak ada bukti bahwa Sayidina Ibrahim pernah tinggal/lewat kota Mekah.


Tempat-tempat yang dilewati Sayidina Ibrahim adalah:

1. Berangkat dari Ur-Kasdim (Kej 11:31) 
2. Sampai di Haran (Kej 11:31) Ayah Sayidina Ibrahim , Terah, mati di Haran. 
3. Sampai di Sikhem (Kej 12:6) 
4. Sampai pegunungan sebelah Timur Betel. (Kej 12: 
5. Sampai ke tanah Negeb (Kej 12:9) Ketika ada kelaparan di negeri itu, Sayidina Ibrahim pergi ke Mesir. 
6. Sampai di Mesir (Kej 12:10) 
7. Kembali ke tanah Negeb (Kej 13:1) 
8. Menuju ke Betel (Kej 13:3) Sayidina Ibrahim pernah membuat mezbah di Betel (Kej 13:4). Betel = Beth-el (Beth = rumah, El = Allah)= Baitullah 
9. Pindah ke Mamre, dekat Hebron (Kej 13:1 
10. Sayidina Ibrahim punya anak Ismael ketika di Kanaan (Kej 16:3) 
11. Sayidina Ibrahim ke tanah Negeb (Kej 20:1) 
12. Sayidina Ibrahim punya anak Ishak sewaktu berada di tanah Negeb (Kej 21:2) 
13. Siti Hajar dan Ismael mengembara di gurun Bersyeba (Kej 21:14) 
14. Siti Hajar dan Ismael akhirnya tinggal di gurun Paran (Kej 21:21) 
15. Sayidina Ibrahim menanam pohon di Bersyeba (Kej 21:33) 
16. Sayidina Ibrahim ke tanah Moria (Kej 22:2) 
17. Sayidina Ibrahim pergi dan tinggal di Bersyeba (Kej 22:19) Sara nampaknya tetap tinggal di Hebron.
18. Sara wafat di Hebron (Kej 23:2) 
19. Sayidina Ibrahim dimakamkan di gua Makhpela (Hebron) (Kej 25:9)


Catatan: Dalam Alkitab ada kota/tempat tang bernama Maakha, yaitu sebuah kota kecil di sebelah tenggara gunung Hermon (gunung Hermon terletak di perbatasan Libanon dan Syria). Namun berdasarkan lokasinya, kota Maakha ini tidak bisa disamakan dengan Mekkah di semenanjung Arab.

Silahkan menuliskan komentar dengan bahasa sopan atau langsung dihapus, terimakasih.